Review Jurnal:  Traditional agriculture: a climate-smart approach for sustainable food production

Singh, R., Singh, G.S. Traditional agriculture: a climate-smart approach for sustainable food production. Energ. Ecol. Environ. 2, 296–316 (2017). https://doi.org/10.1007/s40974-017-0074-7


Korelasi antara pertanian dan perubahan iklim (Singh, R., Singh, G.S, 2017)


Pendahuluan

Perubahan iklim, sebagai isu utama abad ke-21, telah menciptakan tantangan serius di bidang sosio-ekologis dan ekonomi. Aktivitas antropogenik menjadi pendorong utama, menyebabkan perubahan iklim yang merugikan lingkungan dan sumber daya alam. Dampaknya, seperti pemanasan global, pencairan gletser, dan peristiwa cuaca ekstrem, semakin membahayakan ketahanan pangan global.

Dengan populasi global yang diproyeksikan mencapai 9,5 miliar pada 2050, tantangan produksi pangan berkelanjutan semakin meningkat. Ancaman ini terutama dirasakan oleh negara-negara berkembang dengan ekonomi berbasis pertanian dan keterbatasan sumber daya adaptasi.

Kontribusi sektor pertanian, kehutanan, dan penggunaan lahan lainnya terhadap emisi gas rumah kaca mencapai sekitar 21%, memperkuat urgensi tindakan untuk mengurangi dampak perubahan iklim.

Revolusi Hijau, sementara berhasil meningkatkan produksi pertanian, membawa konsekuensi sosio-ekologis yang signifikan. Penggunaan bahan kimia pertanian, bahan bakar fosil, dan pola tanam modern mengakibatkan degradasi lingkungan, hilangnya keanekaragaman hayati, dan perubahan iklim.

Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim menjadi imperatif, dan pendekatan cerdas iklim dalam pertanian (CSA) diakui sebagai solusi menyeluruh.

Pertanian tradisional, yang telah diabaikan dalam era pertanian modern, mendapatkan sorotan kembali sebagai pendekatan cerdas iklim. Sistem ini, hasil ribuan tahun pengalaman lokal, menawarkan keberlanjutan dengan produktivitas tinggi, konservasi keanekaragaman hayati, dan penggunaan energi yang rendah.

Praktik-praktik seperti wanatani, tumpang sari, dan pengomposan organik tradisional memainkan peran vital dalam mengurangi dampak perubahan iklim.

Meskipun petani beralih ke pertanian modern untuk meningkatkan produktivitas, dampak lingkungan dari praktik tersebut menjadi semakin jelas. Hilangnya sumber daya genetik tanaman, ketidakamanan pangan, dan degradasi tanah adalah beberapa konsekuensi negatifnya. Pertanian tradisional, umumnya terbatas pada petani kecil, menawarkan solusi terkemuka di era perubahan iklim.

Dalam konteks produksi pangan berkelanjutan, integrasi pertanian tradisional dengan pertanian modern menjadi krusial. Ini tidak hanya mengurangi kesenjangan antara petani tradisional dan modern tetapi juga memperkuat hubungan manusia-alam. Artikel ini mendukung pendekatan ini sebagai solusi cerdas iklim dan menguraikan korelasi antara pertanian dan perubahan iklim.

Rekomendasi praktis disajikan untuk meningkatkan integritas sosio-ekologi agroekosistem dan mencapai produksi pangan berkelanjutan di tengah perubahan iklim. Dengan mempertimbangkan praktik-praktik tradisional, artikel ini merangkul masa depan pertanian yang berkelanjutan dan adaptif.